Cabe?? pasti langsung terbesit dalam pikiran kita rasanya yang pedas.
Lalu apakah kalian pernah bertanya apa yang membuat rasa cabe itu padas?
Senyawa yang mengontrol rasa pedas adalah capsaicin, suatu
alkoloid yang terdapat pada plasenta (dimana dapat dilihat berupa bunga karang
penghubung antar biji, cabe) Adanya capsaicin dikontrol oleh gen. Selain itu
rasa pedas juga dipengeruhi oleh keadaan iklim dan tanah dimana cabe itu tumbuh
(Botani,1982,h.66).
Hal ini tidak lain disebabkan oleh senyawa kandungan dari cabai itu
sendiri. Di dalam buah cabai atau tanaman lain dari genus Capsicum
terdapat kumpulan senyawa kimia golongan capsaicinoids yang merupakan
hasil metabolisme sekunder.Capsaicinoid inilah yang menimbulkan sensasi
terbakar dan nyeri pada lidah.
gambar senyawa capsaicin
Capsaicin
telah banyak dipelajari untuk efek mengurangi rasa sakit, manfaat baik untuk
kardiovaskular, menurunkan berat badan dan membantu mencegah bisul. Selain itu,
capsaicin ini juga yang membuat mata dan hidung orang yang memakannya berair.
Dilansir
dari WHFoods, Senin (23/8/2010), hal ini karena capsaicin dapat merangsang
sekresi lendir yang membantu mengatasi hidung tersumbat, sesak paru-paru dan
juga tentunya membuat orang seolah-olah menangis karena matanya berair. Rasa
pedas yang dapat merangsang sekresi lendir ini, menjadikan cabai baik untuk
mencegah dan mengobati sinusitis, membantu mengurangi hidung tersumbat, flu dan
sesak napas.Tak hanya itu, mata berair ketika makan makanan pedas bisa juga
disebabkan karena terjadi iritasi pada mucous membrane (selaput lendir) yang
ada di mata.
Bila terjadi
kontak dengan mucous membrane, seperti kulit atau mata, maka capsaicin akan
menimbulkan rasa terbakar. Dan bila mempengaruhi mata, akan membuat orang
menangis.
Bagaimana metode pemisahan Capsaicin dari cabai untuk dapat digunakan sebagai obat?
BalasHapusmetode pemisahan Capsaicin dari cabai dengan mengekstraksi buah cabai
BalasHapusBuah cabai dikeringkan dengan oven pada temperatur 50˚ C, dihancurkan dengan blender, kemudian ditimbang sebanyak 100 gram. Bubuk cabai kemudian ditambah 300 ml pelarut etanol kemudian diaduk dengan magnetik stirrer selama 1 jam pada suhu kamar. Selanjutnya disaring dengan kertas Whatman no 42 sehingga diperoleh filtrat 1. ampas yang diperoleh dilakukan ekstraksi ulang sehingga diperoleh filtrat 2. Filtrat 1 dan filtrat 2 dicampur kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator. Ekstrak tersebut diuji total fenol dan aktivitas antioksidan dengan metode TBA.
saya ingin menambahkan sedikit tentang uji kadar Capsain, berikut ini penjelasan yang saya peroleh
Hapus1.25 g buah cabe segar dihaluskan dengan blender
2.Cabe yang sudah halus dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi 200 mL Etanol
kadar 95%, dipanaskan dengan suhu 70oC selama 4 jam
3.Setelah agak dingin, disaring dengan kertas saring whatman no 1
4.Filtrat hasil saringan siap digunakan untuk pengukuran pada spektrofotometer UV
5.Sebelum melakukan pengukuran pada sample, maka harus dibuat kurva standar dari
larutan standar capsaicin dengan konsentrasi 0, 25, 50, 75, 100, dan 125 ppm pada λ
281 nm
6.Untuk menghitung % capsaicin dapat dilakukan dengan rumus:
((CxF)/(W/V)) x 100%
Dimana :
C = konsentrasi pada ppm kurva
F = Faktor pengenceran
W = berat sampel
V = volume pengekstrak
Adapun hasil persen capsaicin dapat dikonversi menjadi ppm, nah hasil konsentrasi yang sudah dalam bentuk ppm kemudian mengalikannya dengan 16 akan menjadi SHU (Scoville Heat Unit) dan dapat dilihat pada tabel Scoville.
http://goalterzoko.blogspot.com/2009/06/pengukuran-capsaicin-pada-cabe.html
faktor pengenceran berupa apa ya? mohon lebih dijelaskan lagi mbak mengenai keterangan rumus.
HapusPemisahan senyawa capsaicinoid dari cabai rawit varietas lokal dilakukan dengan menggunakan ekstraksi pelarut dengan metode soxhlet. Sampel sebelum diekstraksi terlebih dahulu dikeringkan dalam oven temperatur 60oC selama 72 jam kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender sehingga diperoleh sampel bubuk halus. Ekstraksi dilakukan dengan pelarut etanol selama 3 x 8 jam hingga diperoleh ekstrak berwarna coklat kemerahan. Ekstrak dipekatkan menggunakan rotavapor yang menghasilkan ekstrak pekat berbentuk gel berwarna coklat tua kemerahan. Ekstrak pekat kemudian dilarutkan kembali dalam metanol untuk didekolorisasi dengan karbon aktif. Dekolorisasi menghasilkan filtrat berwarna lebih jernih yang kemudian dipekatkan kembali untuk dilakukan karakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer UV dan KCKT. Pada proses karakterisasi ini dengan kedua metode ini tidak digunakan standar sebagai pembanding sehingga analisis hanya bersifat kualitatif berdasarkan hasil data sekunder.
BalasHapusHasil karakterisasi dengan spektrofotometer UV terhadap ekstrak metanol menghasilkan spektrum UV dengan 4 puncak dominan pada panjang gelombang 228,78 nm; 246,32 nm; 280,01 nm; dan 321,11 nm. Berdasarkan studi literatur puncak serapan pada l 228,78 nm adalah capsaicin dan pada 246,32 nm merupakan senyawa analognya yaitu nordihidrocapsaicin. Serapan pada l 228,78 dibandingkan dengan ketiga puncak lainnya lebih besar hal ini sesuai bahwa capsaicin merupakan komponen terbanyak dari golongan capsaicinoid pada ekstrak cabai. Puncak serapan pada beberapa l lainnya dimungkinkan oleh adanya senyawa pengotor yang ikut terekstrak karena proses purifikasi belum dilakukan secara sempurna. Analisis lebih lanjut dengan KCKT menggunakan kolom C-18 5mm, sepanjang 25 cm dengan diameter dalam 4.6mm, sistem pompa tunggal isochratic, Single Wavelength Detector 280 nm, laju alir 1 mL/menit dan volume sampel yang diinjeksi 20 mL. Kondisi KCKT di atas dibuat sama dengan kondisi pada data sekunder untuk memudahkan interpretasi hasil. Capsaicinoid dan senyawa analognya muncul pada rentang waktu disekitar 10 menit. Berdasarkan komparasi dengan data sekunder puncak pada kromatogram pada waktu 10 menit adalah capsaicin dan puncak yang lebih kecil disebelah kiri adalah nordihidrocapsaicin. Dari hasil ke dua karakterisasi tersebut dapat dikatakan bahwa pemisahan capsaicin masih belum menghasilkan suatu ekstrak senyawa murni, walaupun telah dihasilkan kristal berwarna putih kekuningan setelah dilakukan dekolorisasi dengan arang aktif.